Annyeong, midnight post..
Hhehe, sorry 🙂 🙂
This is my lately fanfiction, finished a week ago..
Please enjoy it..
🙂
*****
TITLE:
THOSE BROKEN LIGHTS ON US
CAST:
YEO HOONMIN [U KISS HOON]
HAN GWISEOK
GENRE:
ROMANCE, ANGST
RATING:
T
AUTHOR:
TALIA L’QUIRROS
“Oppa..” Han Gwiseok –seorang gadis berambut coklat panjang, menghampiri seorang lelaki yang sedang duduk di sofa sembari menonton TV di hadapannya. “Kenapa aku bisa tertidur di kamarmu?”
Lelaki yang dipanggil dengan sebutan ‘oppa’ itu menatap Gwiseok sesaat. Kemudian dia menyuruh gadis itu untuk duduk di sebelahnya. “Ini baru 2 jam kau tidur. Kenapa kau terbangun?” tanyanya.
Gwiseok tak langsung menjawabnya. Dia terdiam lama sebelum, “Aku mimpi buruk, oppa…” jawabnya.
“Mimpi buruk tentang apa?” Lelaki itu kembali bertanya.
“Umm…” Gwiseok bergumam –sedikit ragu untuk menceritakannya. Namun, setelahnya, raut wajahnya berubah. Matanya berubah sayu, bibirnya terkunci rapat, dan wajahnya tampak gelisah. Raut wajah itu, raut wajah orang ingin menangis.
“Aku melihat kau meninggalkanku. Anehnya, aku tak bisa mendengarkan suaramu sekeras apapun kau mencoba berteriak. Dan sepertinya kau juga tak bisa mendengarkanku, karena kau terus berjalan tanpa berpaling sedikit pun ke belakang. Begitu sosokmu menghilang, yang kulihat hanya genangan darah. Dan aku juga melihatmu terbaring di sana…”
Lelaki yang duduk di sebelah Gwiseok itu mengelus punggungnya –menenangkan Gwiseok sembari tersenyum. Dirangkulnya tubuh gadis itu dan dikecupnya kening gadisnya. “Tenang saja, itu hanya mimpi buruk. Aku tak ‘kan pernah meninggalkanmu dan aku akan baik-baik saja. Untuk meyakinkanmu, mulai saat ini, aku akan meneleponmu setiap saat aku bebas,”
“Jinjjayo?” Gadis itu –Gwiseok bertanya.
Lelaki di sampingnya mengangguk. Masih dirangkulnya tubuh Gwiseok. “Aku janji. Aku akan berusaha untuk menghubungimu selama aku bebas. Untuk itu, kau juga harus terus menjawab semua panggilanku,” ucapnya.
Gwiseok terkekeh pelan mendengar perkataan ‘oppa’-nya itu. Dibalasnya perkataan lelaki yang berada di sebelahnya bukan dengan suara paraunya yang tadi. Dibalasnya perkataan lelaki tersebut dengan suara yang lebih ceria –suara yang lebih menunjukkan dirinya. “Ne, aku akan berusaha menjawab semua panggilanmu. Gomawo.. Aku menyayangimu, oppa..”
Lelaki itu membalasnya, “Aku lebih menyayangimu, Gwiseok-ah,”
Percakapan itu singkat, tapi bermakna. Percakapan itu tidaklah begitu penting, tapi berkesan. Namun sayangnya, percakapan-percakapan itu jarang lagi terdengar, baik di tempat Gwiseok maupun di tempat Hoon –lelaki yang sebelumnya selalu bersama Gwiseok. Mereka berdua seolah tak berhubungan lagi. Hanya sedikit hal yang dapat menghubungkan mereka.
You got a message..
Ponsel hitam milik Gwiseok berbunyi, menandakan ada pesan masuk ke dalamnya. Gwiseok yang saat itu berada dekat dengan ponselnya, segera meraihnya. Dibukanya pesan dari seseorang yang ditujukan padanya. Pesan dari Hoon.
From : Hoonmin Oppa
Content : Gwiseok-ah, maaf. Ada banyak tugas kuliah yang menungguku. Jadi, selama seminggu ke depan aku mungkin tak bisa menghubungimu. Tolong maafkan aku. Jeongmal mianhae.
Membacanya, Gwiseok menghela nafas berat. Ditatapnya pesan dari Hoon dengan pandangan yang sulit diartikan. Dia hanya menatapnya, tanpa ada niat untuk membalasnya. Namun kemudian, pada akhirnya, dia membalasnya juga.
To : Hoonmin Oppa
Content : Ne, gwenchana. Tidak perlu meminta maaf. Aku tahu kau sibuk. Fokus saja pada tugas kuliahmu dan jangan sampai lupa makan. Kau juga jangan terlalu memaksakan diri. Hwaiting!
Setelah menekan tombol ‘send’ pada ponselnya, Gwiseok kembali menatap pesan-pesan yang dikirim Hoon untuknya. Sedikit, tak banyak. Tidak seperti saat-saat di mana mereka berdua masih sering bersama. Ingin menghapus beberapa, tapi hanya pesan-pesan itu yang menghubungkan mereka, menghubungkan Gwiseok dan Hoon.
You got a message..
Sebuah pesan kembali masuk ke ponsel Gwiseok. Tidak perlu ditanyakan lagi siapa pengirimnya. Sudah dapat dipastikan pesan itu adalah pesan dari Hoon.
From : Hoonmin Oppa
Content : Ne, gomawo..
Pesan singkat dari Hoon yang hanya terdiri dari 2 kata itu menandakan bahwa mereka –Gwiseok dan Hoon tak ‘kan berhubungan lagi dalam waktu yang cukup lama. Lelaki itu sibuk dengan kuliahnya, sedangkan Gwiseok sibuk dengan entah apa yang akan dikerjakannya. Dan segalanya akan mulai berubah dengan berlalunya sang waktu.
+++++
Seminggu lebih sudah sejak pesan terakhir yang diterima Gwiseok dari Hoon. Dan seminggu lebih sudah Hoon tidak memberi kabarnya pada gadis itu. Berbeda dari pesan yang dikirim oleh lelaki yang bernama lengkap Yeo Hoonmin itu. Dia seolah menghilang dan mencoba menghindari Gwiseok.
Gwiseok menatap layar ponselnya penuh dilema. Dia sangat ingin menghubungi Hoon untuk mengetahui kabar lelaki tersebut . Namun di sisi lain, dia tak ingin lelaki itu merasa terganggu.
Tetap pada pendiriannya, Gwiseok mengirimi Hoon pesan, meskipun dia tahu pesan itu akan menjadi pesan yang tak terbalas. Karena dia tahu Hoon mustahil menjawabnya.
To : Hoonmin Oppa
Content : Oppa.. ^.^
Singkat. Hanya sesingkat itu. Tak panjang. Gwiseok tak berani mengirimi Hoon pesan yang lebih panjang dari pesannya itu. Dia takut.
“Eotteokhe..?” gumam Gwiseok lemah.
Gadis itu meletakkan ponselnya di meja belajar miliknya. Ditatapnya sesaat ponselnya itu, kemudian dia berjalan perlahan ke tempat tidurnya dan langsung berbaring ke atasnya. “Apakah aku harus terus menunggunya seperti ini? Bolehkah aku bersikap sedikit egois?” gumamnya lagi.
Beberapa saat kemudian, Gwiseok terbangun. “Sepertinya tidak,” ucapnya.
“Aku hanya harus sedikit bersabar,”
Incoming call
Hoonmin Oppa..
Belum lama setelah Gwiseok tenggelam dalam percakapannya sendiri, sebuah panggilan masuk ke dalam ponselnya. Panggilan dari Hoon. Panggilan yang mungkin sangat ditunggu oleh gadis itu. Tentu saja Gwiseok menerima panggilan itu.
“Gwiseok-ah, maaf,” Hoon berucap dari seberang sambungan telepon. “Aku baru bisa menghubungimu sekarang dan mungkin setelah ini aku tak bisa menghubungimu lagi. Di luar dugaanku, tugasku lebih menumpuk. Mungkin saja 2 hari lagi selesai, tapi aku tidak begitu yakin,”
Membiarkan Hoon bicara sebanyak yang dia mau, Gwiseok terdiam. Dia hanya mendengarkan setiap patah kata yang keluar dari mulut lelaki itu. Dia hanya ingin mendengarkan.
“Han Gwiseok,” Suara Hoon terdengar lagi. Kini dia memanggil nama gadis itu.
“Ne?” Gwiseok menyahut.
“Kau dari tadi mendengarkanku ‘kan? Aku tadi tidak sia-sia bicara denganmu ‘kan?” tanya Hoon dengan nada menginterogasi.
Gwiseok tersenyum simpul mendengar pertanyaan Hoon. Bagaimana lelaki itu bisa mengetahui kalau dirinya hanya sedikit mendengarkan ucapannya? “Tidak oppa, kau tidak sia-sia berbicara padaku. Aku dari tadi mendengarkanmu,” jawabnya dengan suara yang tiba-tiba berubah parau.
“Kau menangis?” tanya Hoon lagi.
“Tidak,” jawab Gwiseok singkat.
“Ya sudah,” Hoon berucap. “Aku hanya ingin memberitahumu saja. Aku tidak ingin kau salah paham padaku. Itu saja,”
Saat Hoon ingin memutus sambungan teleponnya, Gwiseok menghentikannya. “Oppa..” panggilnya.
“Ne?”
“Bogoshippeo..” Kata itu tak terucap di mulut Gwiseok. Kata itu hanya bergema di kepalanya. Dia tak berani mengatakannya pada Hoon. Dia terlalu takut. Dia takut lelaki itu marah karenanya.
“Wae guraeyo?” tanya Hoon.
“Anieyo.. Aku hanya ingin mengatakan, jangan terlalu memaksakan diri menghubungiku. Aku selalu mendukungmu, oppa..” jawab Gwiseok –berbohong.
“Ne, gomawo..” balas Hoon. “Ya sudah, sudah habis yang ingin kukatakan. Sampai di sini dulu. Kalau kau mau menghubungiku, hubungi saja aku 2 hari lagi saat aku bebas. Saat itu kupastikan aku akan membalasnya,”
“Ne, araseoyo, oppa..” ucap Gwiseok.
Tanpa ada ucapan balasan dari Hoon dan tanpa adanya ucapan penutup dari keduanya, sambungan telepon diputus oleh lelaki itu –oleh Hoon. Gwiseok yang tadi masih tersenyum mengatakan beberapa kalimat pada ‘oppa’-nya, meletakkan ponselnya dengan wajah yang lebih murung.
“Tidak oppa, aku berbohong padamu. Aku hanya mendengarkan suaramu dan tidak mendengarkan perkataanmu. Tapi aku tidak berbohong saat aku mengatakan kalau aku tidak menangis. Tadi.. aku hanya ingin menangis,” ucap gadis itu lirih.
Bersamaan dengan selesainya dia mengatakan perkataan yang entah ditujukan kepada siapa, setetes air keluar dari mata Gwiseok. Dia menangis, tapi tidak lama. “Kau mulai berubah, oppa.. Kau tidak lagi seperti dulu…”
TBC..
I’ll cut it until here, I’ll send part 2 soon if I have a time..
Curious enough? I guess not, this fanfiction is too creepy to read..
Anyway, thank you…